Singapura rasa Indonesia

Pengen sesekali cobain perjalanan lintas negara menggunakan kapal. Akhirnya aku beli tiket Singapura-Batam jam 21.55 waktu setempat dengan waktu tempuh sekitar satu jam berjalan diatas air. Aku pilih kapal yang paling malam biar bisa puas maen di Singapura, which means kalo ketinggalan kapal berarti kudu ikut kapal di hari selanjutnya (mungkin kudu nginep di Harbour Front dan mungkin kudu bayar tiket lagi). Sampai di Terminal Ferry jam 20.00. Sengaja kasih waktu banyak karena aku belum ada pengalaman sama sekali naik kapal lintas negara, perlu mempelajari alur di lokasi dan juga antisipasi kalo salah gate. Heheee

Dari Harbour Front MRT ambil Exit B dan ikutin alur yang terpampang disetiap sudut. Kalo ragu, tanyakan sama petugas atau penduduk setempat dimana akses menuju ferry terminal. Kemudian akan menemukan eskalator untuk naik ke lantai atas, dimana ferry terminal berada. Cari vendor kapal yang akan dinaikin, jangan sampai salah vendor. Disini sudah mulai terlihat antrian panjang karena orang-orang mau beli tiket kapal. Untungnya aku udah beli tiket online jadi tidak perlu antri, langsung print boarding pass sendiri di tempat yang udah disediakan oleh salah satu vendor (Batamfast).

Suatu ketika, rasa takjub ku terhadap negara mungil ini mendadak sirna. Wujudku emang sedang berada di Singapura, tapi berasa Indonesia banget. Apa yang aku lihat benar-benar tidak sesuai harapan. Susunan kursi berantakan semua. Sampah berserakan semua dibawah kursi. Penumpang pada bawa tas-tas dan kardus gede banget (bukan koper). Kondisi ramai banget dan kaya pasar tumpah di deket rumah. Dan yang paling menyedihkan lagi,, pada gak bisa antri. Ini beneran puncak emosiku sedang diuji. Dimana harus berhadapan dengan ratusan penduduk Indonesia namun posisinya berada di ujung Singapura. Pengen rasanya teriak : Woooy antri woooyy........ . Tapi apalah daya, petugas aja kuwalahan apalagi aku yang bukan siapa siapa ini.

Akhirnya aku berusaha berdamai dengan keadaan. Sedih dan kecewa, tapi gak bisa berbuat apa apa. Hanya bisa menerima dan mengikuti arus yang ada, termasuk arus antrian yang berantakan dan terkesan usel-uselan (gak bisa rapi).

Antrian pertama sebelum masuk x-ray. Ini udah jelas ya ada space khusus buat antri. Ada tali pembatas juga mana antrian, mana untuk umum. Ceritanya aku udah antri duluan di urutan depan diluar garis pembatas antrian karena saat itu antrian memang belum resmi dibuka. Dengan harapan, saat udah beneran boleh antri di area yang di sediakan, aku bakal dapet posisi yang paling depan. Eh gak taunya ada segerombolan pebisnis muda dengan jas hitam yang nyelonong baris didepanku. Fiuuhh udah makin bete pula kan ya...

Dari belakang arus dorong-dorongannya udah makin kuat. Jam semakin berjalan dan mendekati pukul 21.30. Dalam hati bergumam, gimana alurnya dalam 20 menit bisa masukin manusia sebanyak ini kedalam kapal? Perlu lewat imigrasi pula.

Pukul 21.40 antrian resmi dibuka. Semakin semrawut dan semakin heboh pada pengen jalan cepet tanpa mempedulikan antrian. Tali pembatas antara area antri dan area umum pun tidak lagi ngefek. Hloh kok gitu ? iya soalnya banyak warga Indonesia yang pada ngelompatin tali sesuka hati, padahal udah jelas-jelas penumpang lain pada antri dari belakang. Namun tetep aja ada segelintir manusia yang bikin emosi. Itu ya rasanya, aku pengen nyiram mukanya pake aer galon biar melek matanya liet antrian yang udah mengular daritadi.

Buat masuk ke X-ray, kudu kasih tunjuk boardingpass dan paspor ke petugas. Logikanya kudu antri kan ya ? iya kan ya ? Tapi faktanya, pada gak bisa antri L Oh Tuhan aku pengen nangisss bombay lihat kondisi ini. Udah capek seharian jalan-jalan, belom sempet makan malam, dan sekarang kudu berjuang keras demi naik kapal....

Oke, X-ray dan imigrasi sudah terlewati dengan lancar. Kemudian diarahkan untuk turun gedung dan menuju gate dimana kapal bersandar. Sebelum masuk kapal, terjadi antrian lagi. Harusnya antri lagi. Tau kan pintu masuk kapal kecilnya kaya apa ? itu para manusia pada dorong-dorongan demi bisa masuk kapal dengan cepet. Cuma bisa ngelus dada dan pengen nyemplung kelaut biar gak ketemu orang-orang kampungan disini L

Udah masuk kapal, udah dapet tempat duduk. Udah bisa bernafas dengan tenang. Review kapal Batamfast : Kapalnya gede dengan daya tampung lebih dari 300 orang. Ada 3 lantai dimana akses pintu masuk keluar di lantai pertama (full AC), lantai kedua full AC dan ada LED buat dengerin musik atau nonton video, lantai ketika full angin sepoi-sepoi. Aku pilih tempat duduk di baris kedua dari depan di lantai 2, jadi dekat dengan LED dan juga figura peragaan penggunaan pelampung. Setiap kursi dilengkapi pelampung yang berada di bawah kursi. Petunjuk penggunaan berada di figura yang berada di dinding kapal. Kursinya lumayan nyaman dan AC nya berasa dinginnya. Kondisi kapal bersih dan petugas sangat tegas mengenai aturan barang bawaan yang tidak boleh ditaruh di samping kursi (menghalangi jalan), sehingga semua barang bawaan harus ditaruh dibawah kaki atau diatas paha –sambil dipeluk juga boleh- kkkk....

Kapal berangkat pukul 22.20, molor dari jadwal seharusnya dan sesuai dengan dugaan awalku tadi karena lihat antrian yang sangat-sangat-sangat-sangat semrawut. Entah ini karena efek hari minggu atau memang setiap hari alurnya seperti ini. Yang jelas aku beneran capek hati dan pikiran, jadi ketemu kursi bawaannya langsung merem. Sampai di Batam pukul 22.35 waktu setempat. Ada selisih waktu satu jam antara Singapura dan Batam.

Sengaja aku nunggu penumpang pada turun semua biar gak memaksakan diri buat keluar kapal dengan kondisi berhimpitan. Udah turun dari kapal, terlihat antrian buat menuju imigrasi. Sekilas nampak menyerupai antrian, namun ternyata itu hanya halusinasiku semata. Disini justru semakin semrawut. Jelas terlihat petunjuk mana Indonesian, mana foreign. Tapi tetep orang asli Indonesia banyak juga yang masuk ke jalur foreign. Aku ga paham mengapa mereka melakukan hal demikian. Mungkin mereka pada gak bisa baca tulisan segede itu ya, atau mungkin bisa baca tapi pura-pura ga tau. Entahlah, hanya Tuhan yang tau jalan pikiran mereka.

Udah berhasil melewati imigrasi, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega dan keluar dari kerumunan manusia di Batam Center dan kemudian menuju hotel untuk istirahat.

Kesimpulan : Naik kapal lintas negara itu seru banget. Yang bikin tambah seru yaitu melihat kelakuan segelintir (tapi ratusan) orang orang Indonesia yang pada ga bisa antri, pada buang sampah sembarangan, pada ngubrak abrik kursi di boarding room. Saat tulisan ini dibuat, aku belum lagi memiliki hasrat untuk kembali naik kapal Singapore-Batam ataupun rute sebaliknya. Lebih pilih naik pesawat dari tempat lain aja yang udah jelas kenyamanannya dan gak bikin bad mood. Kalaupun nantinya ada seseorang yang menggodaku buat naik kapal lagi, aku akan mempertimbangkannya puluhan kali.


Terkadang kita terlalu sibuk belajar sesuatu yang sangat kita sukai, yang belum tentu sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam hidup. Mulailah mendidik generasi muda (sejak dini) dari hal-hal sederhana yang memiliki peran penting dalam kehidupan, misalnya belajar antri dan buang sampah pada tempatnya. Adanya aturan belum tentu membuat segalanya menjadi indah bila diri sendiri tidak berusaha menaati peraturan yang ada. 

0 komentar:

Posting Komentar